Idul Adha : Momen Berbagi, Wujud Ketaatan pada Illahi
Desa Karanggedang merayakan Idul Adha pada hari Senin, 17 Juni 2024. Sholat id dilaksanakan di masjid Jami Al Hasan mulai pukul 06:30 WIB. Jamaah laki-laki menempati bagian dalam masjid, sedangkan jamaah perempuan berada di halaman depan masjid. Kyai Ahmad Muzalid bertindak sebagai khotib dan imam sholat. Ribuan jamaah khusu” mengikuti seluruh rangkaian sholat.
Idul Adha juga identik dengan berbagi daging hewan kurban. Pada kesempatan ini terkumpul 10 ekor sapi dan 11 ekor kambing kurban. Penyembelihan sapi kurban dikelola oleh panitia di mushola Al Ikhlas, sedangkan hewan kambing dikelola oleh panitia penyembelihan kurban di masjid Jami Al Hasan Desa Karanggedang. Pengolahan daging kurban dilakukan secara bergotong royong mulai dari penyembelihan, pemotongan, pengemasan sampai dengan pendistribusian daging kurban.
Ibadah kurban merupakan simbol rasa syukur hamba kepada Allah SWT dengan cara berbagi kepada orang lain. Ibadah kurban dilaksanakan dengan memotong beberapa jenis hewan yang telah dicontohkan oleh Nabi-Nabi Allah dan disepakati para ulama’ yaitu, unta, domba, sapi, kerbau, dan kambing. Kurban sejatinya adalah cara hamba mengungkapkan rasa terima kasihnya terhadap segala nikmat Allah SWT yang diberikan baik yang gratis maupun diikhtiarkannya. Seorang hamba yang berkurban pada hakikatnya sedang berikhtiar mendekatkan dirinya kepada Rabbnya (Tuhan Yang Maha Pemelihara) sehingga ego atau kepentingan pribadinya sanggup dikesampingkannya. Oleh karena itu, ibadah kurban memiliki 2 (dua) dimensi yaitu, dimensi vertikal dan horizontal.
Di samping itu, ibadah kurban yang hukumnya sunat itu merupakan ujian nyata bagi keimanan seorang muslim mengenai apakah ia lebih memilih Tuhannya atau selainNya. Allah SWT Maha Tahu bahwa ketika seorang hamba yang hidup di atas dunia dengan berbagai kenikmatan dan perhiasan yang dikumpulkannya akan lambat-laun akan melekat rasa kepemilikannya sehingga pada suatu saat akan diuji oleh Allah SWT, maka ia harus berani dan siap memilih untuk mendahulukan ibadah kepadaNya atau selainNya. Ketika seorang hamba memilih ibadah kepada Tuhannya (Allah SWT), maka ia telah melakukan hal terbaik bagi dirinya dan sekaligus keselamatan hidupnya di dunia dan di akhirat kelak. Namun jika sebaliknya, maka ia akan mengalami banyak rintangan sehingga ia akan sadar bahwa ia pasti kembali kepadaNya dan semua hal itu kelak akan dipertanggungjawabkannya.